Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kehidupan pak sayat sebelum menang SDSB

Pemenang SDSB periode 9 Mei 1990, nomor 849379, jatuh di Magelang. Pemenang hadiah Rp 1 milyar ini ternyata lelaki berusia 72 tahun bernama Sayat, anggota Legiun Veteran dan tukang becak. Jalan hidupnya begitu menarik, dari masa perjuangan, kehidupan yang sengsara, keprihatinannya hingga ia menjadi seorang milyarder yang layak buat kita ketahui,



Banyak sudah pemenang undian harapan macam Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB) sebanyak Rp 1 milyar. Dan kali ini yang kejatuhan rezeki adalah seorang lelaki tua dari Kelurahan Malangan, Kotamadya Magelang bernama Sayat (72). Kemenangan ini cukup menggegerkan kota kecil Magelang, karena bukan saja baru pertama kali, tetapi karena pemenangnya seorang yang selama ini hidup miskin, tak punya rumah, sehari-hari berlindung di bawah atap rumah kontrakan Rp 30 ribu setahun, berukuran 10x3 meter persegi, berdinding bambu. Dan selama bertahun-tahun Sayat pernah menjadi perbincangan ramai masyarakat Magelang.

Lalu siapakah lelaki Sayat yang barusan menerima rezeki begitu menggiurkan ini? Ia lelaki yang terlahir bernama Raden Sayadi, di Desa Kayen, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Tak tahu tanggal lahirnya secara pasti, tapi ia mereka-reka untuk berbagai kepentingan, terlahir tanggal 1 September 1918 bulan Hijrah Maulud dan tahun Jawa Wawu. Kemelaratan yang menikam keluarganya sejak kecil, membuat ia mencampakkan nama sebenarnya yakni Raden Sayadi, untuk kemudian hanya menjadi Sayat.

Seperti namanya, Sayat, nalanda itulah, maka ia pergi meninggalkan Klaten bermaksud menemukan kehidupan yang lebih baik. Nya bernama Wongsodikromo, sedih di zaman penjajahan Belanda hingga ia dan kakaknya Ny Padikem hidup dalam kekurangan sandang dan pangan. Melihat kehidupan yang Tahun 1936 ia mengabdi menjadi tukang kebun di Kantor Pos Salatiga, yang dengan gaji sedikit itu ia bisa mengirimi belanja buat keluarganya. Sampai akhirnya Jepang masuk tahun 1942, ia masuk menjadi barisan Heiho dan ditugaskan di Surabaya. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, kemudian dibentuk Barisan Keamanan Rakyat lalu berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (BKR/TKR), ia segera masuk di dalamnya.

Gelombang revolusi fisik menyertakan dirinya berada di dalamnya. Karena pengkhianatan rekannya, ia sempat ditahan Belanda selama 1 bulan, dan dibawa ke tahanan Ambarawa selama 7 bulan. Dalam tahanan inilah, penyiksaan demi penyiksaan ia rasakan. Setiap hari dipaksa mengisi 40 drum air, jika salah, tendangan dan pukulan mendarat di tubuhnya hingga membuat lelaki ini kurus dan tidak begitu sehat.

Kemenangan SDSB membawa dampak besar bagi kehidupan Pak Sayat. Beliau bisa membayar semua hutang-hutangnya dan membeli rumah yang layak untuk keluarganya. Beliau juga bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Beliau juga bisa membuka usaha-usaha yang menguntungkan, seperti properti, perdagangan, dan pertanian. Dengan kekayaannya, beliau bisa membantu banyak orang yang membutuhkan, baik secara individu maupun melalui organisasi-organisasi sosial.

Posting Komentar untuk "Kehidupan pak sayat sebelum menang SDSB"